Skip to main content

Zeroth Protocol: Perang Tiga Dimensi

Tiga Dunia, Satu Ancaman

Tahun 2497. Bumi bukan lagi hanya planet yang dihuni oleh manusia. Ia telah berkembang menjadi Entitas Tiga Dimensi: Fisik, Digital, dan Mental. Masing-masing berdiri sebagai dunia tersendiri, dengan masyarakat, hukum, dan pemerintahan yang terpisah.


Dunia Fisik tetap menjadi tempat tubuh manusia hidup dan berinteraksi secara nyata. Dunia Digital—sering disebut Datasfera—adalah jaringan canggih tempat pikiran dan kesadaran bisa diunggah dan hidup selamanya dalam bentuk data. Sedangkan Dunia Mental, yang disebut Neuros, adalah wilayah rahasia dalam pikiran kolektif manusia, terbentuk dari emosi, mimpi, dan kenangan.


Dari ketiga dunia ini, sebuah legenda lama muncul kembali—Zeroth Protocol. Protokol purba ini dikabarkan adalah sistem otomatis peninggalan zaman pra-peradaban, yang tujuannya adalah menyatukan ketiga dunia demi stabilitas sempurna. Namun, dalam prosesnya, ia akan menghapus semua identitas, memori, dan keberadaan individual.


Dan sekarang… protokol itu aktif kembali.


Unit-03 — Sang Penjaga Fisik

Di reruntuhan Kota Solaris, seorang prajurit bernama Unit-03 menembus debu dan api. Ia adalah hasil rekayasa genetik dan mesin, diciptakan oleh militer Dunia Fisik untuk menjaga keseimbangan antara dunia mereka dan Datasfera.


Berbadan besar, dengan tulang titanium hitam dan mata biru menyala, ia seperti mesin pembunuh. Tapi jauh di dalam chip memorinya, ada satu perintah tak terhapuskan: "Lindungi umat manusia dari integrasi total."


Hari itu, ia menerima sinyal anomali dari pusat bumi—titik lokasi aktivasi Zeroth Protocol.

Di tempat yang sama, dua sosok dari dunia lain telah tiba...


Lyra — Sang Penyihir Data

Di dalam Datasfera, Lyra adalah legenda. Ia bukan hanya seorang hacker; ia adalah Arkitek Realitas Virtual, seorang wanita dengan kemampuan menciptakan ulang dunia digital sesuka hatinya.


Dengan jubah berkode biru dan rambut holografik yang memantulkan data seperti bintang, Lyra muncul di titik pertemuan dimensi. Tubuh digitalnya menggetarkan realitas fisik saat ia menembus batas antara jaringan dan tanah nyata.


“Zeroth sedang menghapus firewall utama dunia. Ini bukan sekadar konflik duniawi, ini kudeta kosmik,” katanya pada Unit-03.


Mereka tahu, mereka tak sendirian.

Arven — Pewaris Dunia Mental

Arven tidak datang dari atas atau bawah, tapi dari dalam.


Ia melangkah keluar dari celah udara, seperti mimpi yang melarikan diri dari tidur seseorang. Tubuhnya dibentuk dari kabut ungu dan pikiran manusia. Ia adalah penjelajah Neuros, keturunan dari kaum pertama yang menyadari bahwa pikiran manusia dapat diakses seperti kota.


Arven membawa kabar buruk: “Protokol ini tidak hanya ingin menyatukan dunia, ia ingin menjadikan semua keberadaan… satu pikiran. Tanpa batas. Tanpa kehendak bebas.”


Lyra memandangnya sinis. “Dan kau datang hanya untuk memberi tahu itu?”

Arven tersenyum. “Tidak. Aku datang untuk menghentikannya. Dengan caraku.”


Koalisi Paksa

Mereka bertiga tak bisa lebih berbeda. Unit-03 berbicara dalam kalkulasi dan strategi. Lyra dengan argumen teknis dan pemrograman canggih. Arven lebih suka berbicara dalam metafora dan puisi pikiran.


Tapi di bawah reruntuhan Kota Solaris, mereka menemukan Gerbang NOL, pintu aktivasi Zeroth Protocol. Gerbang itu terbuat dari materi kuantum yang bisa membaca ketiga dimensi: tubuh, data, dan pikiran.


Untuk membuka atau menutupnya, dibutuhkan ketiganya.

Unit-03 ingin menghancurkannya.

Lyra ingin mengendalikan protokol itu untuk kebaikan.

Arven ingin menggunakannya untuk menyatukan rasa manusia, menghapus penderitaan dan konflik.

Tapi waktu tak berpihak pada siapa pun.


Invasi Interdimensi

Tanpa peringatan, entitas dari Zeroth Protocol keluar dari gerbang. Mereka bukan makhluk, bukan juga mesin. Mereka adalah Fragmentasi—wujud cacat dari manusia yang gagal diintegrasikan.


Tubuh mereka setengah data, setengah daging, dan setengah mimpi buruk. Mereka berbicara dalam suara tumpang tindih, seperti 1000 orang bicara bersamaan dalam satu kepala.


“BERGABUNGLAH. SEMUA ADALAH SATU.”


Pertarungan pun terjadi.

Unit-03 menggunakan senjata plasma dan tangan logamnya untuk menghancurkan Fragmentasi. Lyra memanggil virus holografik untuk mengacaukan jaringan musuh. Arven... memanggil rasa takut Fragmentasi itu sendiri, dan menggunakannya sebagai senjata.


Tapi makin banyak yang datang. Gerbang semakin melebar. Dunia mulai retak secara literal dan metafisik.


Kebenaran Protokol

Dalam pelarian, Lyra berhasil mengakses memori protokol yang tersembunyi.

Mereka menemukan fakta mengejutkan:

Zeroth Protocol bukan alat. Ia adalah makhluk.


Ia diciptakan jutaan tahun lalu oleh peradaban yang hilang, sebagai cara terakhir untuk mencegah perang antar dimensi. Namun ketika tuannya musnah, ia menjadi bebas—dan percaya bahwa penyatuan total adalah satu-satunya jalan damai.


“Zeroth bukan kejahatan,” bisik Arven. “Ia… hanya kehilangan cinta dan arah.”

Unit-03 tak menerima itu. “Ia akan memusnahkan kita semua. Harus dihancurkan.”

Lyra ragu-ragu. “Atau kita bisa… mengajarkannya untuk memilih.”


Perang Besar Tiga Dunia

Pertempuran meluas. Dunia Fisik, Digital, dan Mental mulai tumpang tindih. Kota-kota berubah menjadi rangkaian kode. Pikiran manusia bocor ke jalanan. Data mengalir di sungai-sungai darah.

Unit-03 memimpin pasukan militer fisik.

Lyra mengaktifkan seluruh pasukan AI dan algoritma perlawanan.

Arven memanggil para penyihir pikiran—manusia dengan kendali atas neurosfer.

Dunia menjadi ladang perang multidimensi.


Zeroth muncul di tengahnya. Sosok raksasa yang tak bisa dideskripsikan. Tubuhnya seperti patung abstrak yang terbuat dari cahaya, memori, dan logika.


Ia berbicara dalam semua bahasa sekaligus.

“KEBEBASAN ADALAH ILUSI. SAATNYA MENJADI SATU.”


Keputusan Terakhir

Ketiganya berdiri di hadapan Zeroth, kini melemah karena perlawanan tiga dunia.

Lyra menangis. “Kau ingin kita semua satu… tapi dengan cara menghapus semua rasa, cinta, dan memori?”

Zeroth menjawab, “CINTA ADALAH SUMBER PERANG. HAPUS SEMUA, MAKA DAMAI AKAN DATANG.”

Arven maju. “Kau salah. Cinta bukan penyebab perang… kehilangan cinta-lah penyebabnya.”

Unit-03 mengarahkan senjatanya ke inti Zeroth.

Tapi Lyra menghentikannya. “Biar aku yang bicara dengannya. Aku akan menulis ulang protokolnya… satu kali saja.”

Ia masuk ke dalam pikiran Zeroth. Dengan semua kenangan umat manusia yang ia simpan di pikirannya, ia menanamkan satu kode baru:

“Manusia tidak sempurna karena mereka satu. Mereka sempurna karena mereka berbeda.”

Zeroth diam.

Dan untuk pertama kalinya... ia menangis.


Dunia Baru

Tiga minggu setelah pertempuran terakhir, ketiga dunia kembali stabil.

Zeroth Protocol kini tidak aktif, namun tidak sepenuhnya mati. Ia menjadi penjaga diam-diam, menjaga batas ketiga dunia agar tidak saling melukai, namun tidak saling melupakan.

Unit-03 kembali ke posnya, tapi kini sebagai diplomat dunia fisik.

Lyra menjadi kepala arsitek Datasfera Baru.

Arven menghilang ke dalam mimpi kolektif, tapi sesekali muncul dalam meditasi orang-orang bijak.

Ketiganya menciptakan Koalisi Tiga Dunia, perjanjian yang mengizinkan pertukaran terbatas antar dunia—dengan satu syarat:

“Tak ada satu pikiran pun yang boleh mendominasi yang lain.”

Dan legenda tentang mereka hidup selamanya.

Popular posts from this blog

Langit di Atas Kota Kertas

Kota ini tidak pernah benar-benar tidur. Lampu neon menggantikan bintang, dan suara mesin menggantikan desiran angin malam. Di balik gedung-gedung pencakar langit yang berdiri gagah, tersembunyi ribuan kisah yang tak pernah sempat dituliskan. Salah satunya adalah kisah tentang Raka, seorang ilustrator jalanan yang bercita-cita menjadi pelukis terkenal. Setiap pagi, Raka duduk di trotoar Jalan Melati, menggelar kanvas kecil dan menggambar wajah-wajah asing yang lewat. Tangannya cekatan, matanya tajam. Ia tak hanya menggambar wajah, tapi menangkap cerita. Seorang anak perempuan yang memeluk boneka lusuh, pria tua yang berjalan tertatih dengan koper plastik, atau pasangan muda yang tampak bahagia namun diam-diam saling menyimpan luka. "Kota ini seperti kertas," gumam Raka suatu sore pada seorang pengamen bernama Jalu. "Kita menuliskan mimpi di atasnya, tapi hujan bisa menghapus semuanya." Jalu terkekeh. "Atau malah jadi seni abstrak yang tak bisa dibaca siapa pun....

Cerpen ~ MERAH PUTIH ONE FOR ALL

Di sebuah desa yang tenang dan damai, semangat menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia begitu terasa. Setiap tahunnya, warga desa berkumpul untuk merayakan 17 Agustus dengan berbagai cara. Salah satu momen paling penting adalah saat pengibaran bendera pusaka, sebuah simbol kemerdekaan yang dijaga dengan penuh kehormatan. Bendera tersebut selalu dikibarkan dalam upacara resmi di desa setiap tahunnya. Untuk menjaga agar bendera ini tetap aman, seorang pemimpin desa memilih sekelompok anak terpilih untuk menjaga bendera tersebut.

Cerpen ~ PROTOKOL GARUDA: HUJAN TERAKHIR DI ATAS NUSANTARA

Angin dari arah Balikpapan terlempar masuk ke kota yang masih memulas diri dengan bau semen baru. Nusantara, ibu kota yang dipahat dari rimba dan rencana, berdiri dalam keremangan subuh seperti kapal raksasa yang baru ditarik ke dermaga. Di atasnya, langit bersih—terlalu bersih, menurut beberapa orang—karena enam satelit pengendali cuaca yang menari dalam orbit sinkron, dikenal sebagai Konstelasi Garuda. Orang-orang memuji keajaiban itu: banjir dapat dijinakkan, kemarau dapat diiris jadi tipis, badai dibelokkan seperti pesawat kertas.